Majestic Radio

MAJESTIC RADIO

Sabtu, 12 Oktober 2013

Liga Inggris Pindah Ke Orange TV, Apa, Kenapa dan Konsekuensinya

hai....agan semua... kemarin ada berita yang membuat ane geleng-geleng, yaitu soal HAK SIAR LIGA INGGRIS YANG BERPINDAH TANGAN DARI MNC KE ORANGE.

Ane akan jelasin ke agan dalam esai ini, apa itu HAK SIAR, apa implikasinya bagi penonton, mengapa bisa berpindah, dan apa konsekuensinya.
Yuk mari kita mulai...

Apa Itu Hak Siar, Dan Kenapa Ada Hak Siar?

Hak Siar adalah hak yang diberikan kepada suatu perusahaan, untuk menyiarkan tayangan tertentu di region tertentu. Kenapa diperlukan manajemen hak siar? Karena untuk memproduksi tayangan bermutu, itu butuh duit.
Agan yang demen nonton siaran olahraga dan mengikuti berita di belakangnya pasti tau, berapa gaji para pemain bola di Eropa sono, atau pembalap Formula 1. Jutaan EUR atau GBP atau USD kan?
MU tidak bisa hanya mengandalkan penjualan tiket dan merchandise jika mau nutup gaji Wayne Rooney. Masih ada 20 pemain + pelatih + ofisial yang harus digaji. Dari mana uangnya? Nah disinilah hak siar masuk.
Tahukah agan, tidak semua warga Italia dapat menikmati siaran Liga Italia? Tidak semua warga Inggris menikmati siaran Liga Inggris, atau bahkan Grand Prix Inggris? Ketika olahraga sudah memasuki komersialisasi penuh dengan hak siar. Hanya 1 PENYIAR ~ atau lebih, tergantung kesepakatan ~ yang berhak menyiarkan suatu tayangan olahraga.
Pembatasan hak siar BUKAN DIMAKSUDKAN untuk membatasi kepuasan penonton, tapi untuk MENJAGA KEBERLANGSUNGAN tayangan yang (biasanya) bermutu itu tadi.
Bayangkan jika LIGA INGGRIS adalah siaran FTA (bebas iuran) ke seluruh dunia. Tidak akan ada klub inggris yang berani mengontrak pemain dengan gaji PULUHAN JUTA POUND PER MINGGU. Mungkin liga inggris akan diisi oleh pemain-pemain tarkam. Hanya 1 atau 2 bintang yang menonjol, tapi tidak lebih.
Ingat, yang disebut KUALITAS SIARAN BUKAN HANYA GAMBAR DAN SUARA, TAPI JUGA APA YANG DITAYANGKAN DAN BAGAIMANA ISINYA.

HAK SIAR UNTUK TV BERLANGGANAN (SATELIT/KABEL/TERRESTERIAL)

Untuk menjaga kualitas siaran Hak Siar biasanya diberikan kepada TV Berlangganan (Pay TV), karena mereka BENAR BENAR INDIVIDUAL YANG MEMBAYAR untuk menikmati suatu siaran. Setiap negara biasanya hanya memiliki 1 PENYIAR yang telah membuat kontrak dengan pemilik merek.
Konsekuensinya, LEBIH SEDIKIT IKLAN, LEBIH BANYAK PERMAINAN. Kalau agan pernah nonton Star Sports atau Fox Sports atau Setanta atau EuroSports pasti tau bagaimana kualitas mereka. Garis waktu produksi mereka begitu bagus, sehingga tayangan lebih berkualitas.

HAK SIAR UNTUK TV FREE TO AIR (TER. DIGITAL/TER. ANALOG/SATELIT)

TV FTA alias televisi yang bsia dinikmati gratis tanpa bayar, biasanya mendapatkan LIMPAHAN hak siar dari PAY TV. Terutama jika mereka satu kepemilikan dengan sebuah PAY TV.
Jika TV FTA ingin memonopoli hak siar, konsekuensinya adalah LEBIH BANYAK IKLAN, LEBIH SEDIKIT TAYANGAN. Ini dikarenakan sumber pendapatan yang mendanai siaran hanya berasal dari IKLAN yang terbatas waktu tayangnya. Sedangkan iklan yang berlebihan juga bisa membuat kesal penonton.
Inilah beberapa hal yang biasanya dinikmati penonton TV BERLANGGANAN saat menikmati tayangan olahraga:
  • Gambar lebih jernih bahkan HD
  • Lebih sedikit iklan, karena pendanaan siaran ditopang iuran bulanan
  • "datang" ke stadion/venue "tepat waktu". melihat ruang ganti dan pemain yang memasuki lapangan. kadang melihat pemanasan juga
  • analisis secukupnya
  • wawancara saat istirahat dan setelah pertandingan
  • "pergi" dari stadion/venue "di saat yang tepat"
Inilah beberapa hal yang biasanya dinikmati penonton TV FTA saat menikmati tayangan olahraga:
  • gratis dengan iklan di sisi kiri atas kanan bawah, superimposed, dan replay transition
  • siaran "straight to the point". datang ke stadion 30 detik sebelum KICKOFF / START
  • analisis panjang lebar + kuis yang gak jelas
  • "pergi" dari stadion/venue sesegera mungkin setelah game selesai / finish
Men-deliver sebuah konten tayangan olahraga TIDAK MURAH, jauh lebih mahal daripada produksi OVJ selama 1 tahun, apalagi ON THE SPOT yang cuma mengandalkan hasil browsing di internet.

Saya Sudah Langganan TV X, Kenapa Saya Tidak Bisa Nonton Liga Y?

Agan mungkin bertanya, kenapa siaran Liga Inggris tidak bisa ditayangkan di TV Berlangganan saya? Padahal itu kan TV yang siaran FTA?

Pemilik HAK SIAR biasanya membagi 2 siarannya antara PAY TV dan NON PAY TV. Pelanggan PAY TV karena mereka berlangganan dan memberikan REAL MONEY kepada penyiar, maka diperbolehkan menonton siaran SELAMA SIARAN DAPAT DITANGKAP. Sedangkan NON PAY TV, bisa menonton siaran dengan BATAS TERITORIAL TERTENTU.
Ini diperlukan untuk (lagi lagi) keberlangsungan usaha dan siaran televisi di negara masing masing.
Bayangkan jika siaran domestik BBC 1 Manchester dan BBC 1 London sampai ke Indonesia secara gratis dengan siaran F1 dan BPL. Akan bagaimana kondisi penyiaran Indonesia? Jam bola TV lokal tidak akan ada yang laku. Walaupun nggak ngerti bahasa inggris, semuanya ke BBC1.
Sekarang bayangkan jika TV3 Malaysia yang FTA itu menayangkan Liga Inggris tanpa acakan. Bagaimana kondisi periklanan di Indonesia?

Jadi?

Bagi agan yang tidak pernah membayar untuk nonton TV, hampir 99% akan mengatakan HAK SIAR adalah suatu hal yang bodoh, dan tidak diperlukan. Kalaupun ada, MURAH dan YANG PENTING GRATIS.
Tapi bagi agan yang sudah terbiasa membayar untuk menonton TV, HAK SIAR adalah sesuatu yang wajar. Begitupun "perpindahan" hak siar dari satu entitas ke entitas lainnya.
Tapi percayalah gan, jika agan membayar untuk siaran televisi yang agan nikmati, agan akan menikmati siaran yang lebih bermutu dan tentu saja lebih terjaga kualitasnya daripada siaran yang gratis.

Jumat, 30 September 2011

what is `KANJUT`..??

SOAL KELAMIN DALAM SUNDA DAN INDONESIA



Sama halnya dengan bahasa-bahasa lain, dalam Bahasa Sunda juga terdapat penamaan tersendiri untuk menyebut bagian-bagian tubuh, luar maupun dalam. Pada umumnya, masyarakat kita memiliki pandangan bahwa menngucapkan kata yang menunjuk organ kelamin, baik pria ataupun wanita, ialah suatu perbuatan yang kurang senonoh. Hal tersebut dikarenakan kata-kata penunjuk organ kelamin dinilai sebagai “kata-kata kotor”, sehingga tak pantas diucapkan. Selain itu, memngucapkan kata organ kelamin selalu dikonotasikan sebagai cabul atau mesum.
  
Ajaibnya, dalam tata Bahasa Sunda, penyebutan nama organ kelamin justru tidak dianggap sebagai sesuatu yang negatif. Sederajat tingkatannya dengan nama-nama organ tubuh lainnya. Alih-alih dinilai cawokah / jorang (mesum), kata penunjuk kelamin ini malah dipakai dalam beberapa istilah ungkapan. Contohnya sebagai berikut :
1.      Laer Kanjut. Secara harfiah = Panjang Penis-nya. Secara terminologis merupakan ungkapan untuk lelaki yang pemberani, tak kenal takut.
2.      Kanjut na Tarang. Secara harfiah = Penis di dahi. Secara terminologis merupakan ungkapan untuk orang yang punya sifat pemalu, mudah malu, dikit-dikit malu.
3.      Imut Kanjut. Secara harfiah = Lucu / imut (seperti) penis. Secara terminologis bermakna senyum yang manis, menggemaskan. Jangan ditanya apa lucunya seonggok penis hingga dipakai untuk mengungkapkan senyum yang manis, pokoknya ti dituna alias dari sono-nya sudah begini.
4.      Kanjut Kundang. Secara harfiah = Kantung penis. Ini sebetulnya bukan kata ungkapan, melainkan nama sebuah benda yakni kantung yang dulu biasa dipakai oleh karuhun (nenek moyang) kita untuk menyimpan uang.

Menurut budayawan Sunda, H.Taufiqurrahman, munculnya kata “kanjut” dan kata kelamin lainnya dalam ungkapan-ungkapan atau penamaan sebuah benda, dikarenakan sifat khas orang sunda itu sendiri yang pikirannya mudah terasosiasi ke hal-hal yang begituan. Kalau kata orang Betawi; “Gampang ngeres pikirannya”. Contohnya untuk kata kanjut kundang. Ditambahi kata kanjut karena bentuknya yang menggayut sama persis (menurut orang sunda) dengan penis terutama bagian buah zakar-nya.

Kalau dalam tata Bahasa Sunda, sebetulnya tidak mesum dan dianggap kotor, jika mengucapkan kata penunjuk organ kelamin, seperti dalam contoh; “kanjut” (penis). Lantas kenapa orang Sunda kebanyakan, juga memiliki keyakinan yang sama dengan lazimnya orang bahwa mengatakan kata kelamin itu jorok ? Mungkin ini karena faktor pengaruh lingkungan dan kebiasaan.

Selain kata “kanjut”, dalam Bahasa Sunda juga terdapat ungkapan-ungkapan atau nama-nama benda yang menggunakan kata penunjuk organ kelamin wanita (heunceut = vagina). Apa saja itu ? Silakan pembaca cari tahu sendiri.

Di luar penggunaan nama kelamin dalam menyebut benda dan ungkapan. Nama organ kelamin bahkan juga dijadikan nama daerah. Sebut saja, daerah Sarkanjut, Patepung Kanjut, atau Desa Baok (bulu kemaluan).

Terkait tata bahasanya yang berstrata. Nama kelamin juga bermacam-macam, tergantung pada siapa kita bicara. Kata kanjut ialah kata penunjuk kelamin dalam strata paling rendah, cocok dipakai untuk berbicara pada orang yang umur dan kedudukannya sama atau lebih muda dari kita. Untuk orang yang secara kedudukan dan usia lebih tinggi, menyebut kata kanjut adalah tidak sopan.

Ya, itulah orang Sunda dan bahasanya. Banyak orang berpendapat bahwa karakter orang Sunda itu pintar mendua, bermain peran. Mirip-mirip orang Jawa. Di depan berlaku baik, di belakang beda lagi. Pendapat itu lemah bila kita melihat kenyataan penggunaan kata kelamin ini. Orang Sunda justu tanpa isin-isin (malu-malu) untuk terbuka dan menebar kata-kata – yang dianggap mesum – ini dalam beragam penggunaan. Menunjukkan bahwa orang Sunda punya karakter tog mol atau kalau kata istilah kerennya; to the point.


Keberanian orang Sunda tersebut juga dapat kita jadikan bahan renungan; “Apa mesumnya menyebut nama organ kelamin ?”.  Seperti kata-kata lainnya, sebuah kata akan memiliki arti mesum, “kotor”, tak sopan, tergantung dari penempatannya, dengan kata lain tergantung pada dalam konteks apa kata-kata itu diucapkan. Kata “bangsat” tidak memiliki makna apa-apa selain sebutan bagi orang yang punya pekerjaan maling/mencuri. Namun, ketika kata ini diucapkan dengan nada marah/mencela dan dalam situasi “panas”, penyebutan kata “bangsat” inipun jadi tak enak didengar. 
 
Miskin Atau Terlalu Sopan ?
Berbeda keadaannya dengan Bahasa Sunda yang “amat vulgar” dalam mengumbar kata-kata penunjuk kelamin. Dalam tata Bahasa Indonesia (baca : Bahasa Nasional), justru mengalami kemiskinan kosa kata yang menunjuk ke organ kelamin. Untuk mengujinya, silakan anda tanya pada teman anda; “Apa bahasa Indonesia-nya penis dan vagina ?”. Pasti teman anda menjawab dengan kata-kata yang sudah lazim kita dengar, seperti k*nt*l dan m*m*k. Carilah kedua kata tersebut di dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), terserah mau yang buatan JS. Badudu atau yang buatan Balai Pustaka. Dijamin, pasti anda tidak akan menemukan kedua kosa kata tersebut.

Pada kedua kamus tersebut, kata penis dan vagina, sudah dibakukan menjadi kosa kata Bahasa Indonesia. Padahal kitapun tahu, kedua kata tersebut merupakan istilah ilmiah yang biasa digunakan dalam konteks biologi ataupun medis. Mungkin, karena muncul dari percakapan kelas atas (ilmiah), pengucapan kata penis dan vagina lantas selalu dinilai lebih sopan dan elegan. Adapun kata-kata bermakna sama yang sudah umum digunakan masyarakat seperti k*nt*l dan m*m*k, selalu dinilai jorok, tak beradab, sembrono.

Masih mending buat kaum lelaki yang selain kata “penis”, juga dicantumkan di Kamus sinonimnya seperti zakar, buah zakar dan pelir. Kalau untuk wanita, sejauh penelusuran saya, hanya betul-betul vagina yang ada. Itu saja.

Muncul suatu pertanyaan; Apakah dalam bahasa melayu memang tidak ada kata-kata penunjuk organ kelamin sehingga harus menyerap kata kosa kata asing ? Ya, bahasa melayu, karena bahasa ini merupakan induk dari lahirnya Bahasa Indonesia. Atau miskinnya Bahasa Indonesia dalam soal kosa kata kelamin ini karena tindakan terlalu sopan ? Sampai-sampai para ahli bahasa tak sampai hati memasukkan ke dalam kamus teksaurus kata-kata semacam k*nt*l dan m*m*k yang sebenarnya pemakaiannya sudah jamak.

Sebagai bahan tambahan, coba bandingkan dengan Bahasa Inggris yang sama seperti Bahasa Sunda, memiliki varian nama untuk kelamin. Bahasa Indonesia ? Coba tolong carikan jawabannya.....